asslamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
dari pada bengong aku mau share lagi tentang pembahasan Quantum. ini yg aku bahas Quantum learning yaitu strategi pembelajara untuk peserta didik dan masyarakat.
langsung aja kita mulai
Strategi
pembelajaran Quantum Learning:
Sperti
yang kita ketahui akhir-akhir ini bahwa perkembangan teknologi yg begiru pesat,
teknilogi yang kemarin kita anggap canggih/ modern, sekarang sudah ketinggalan
/sudah mulai basi.
Taknologi baru terutama multimedia yg mempunyai peranan
penting terhadap pembelajaran, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif dan tidak membosankan, dan multi media juga dapat membuat
lebih efektif menurut sebagian para pengajar.
Dan ada
beberapa teori pembelajaran yg bisa kita terapkan pada strategi ini,
diantaranya adalah:
1- Teori otak
kanan dan otak kiri
Otak kanan berfungsi dalam perkembangan EQ (Emotional
Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang,
emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term
memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau
tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi
misalnya.
Otak kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses pemikiran.
Berdasarkan kekuatan fungsi masing-masing, berarti, kedua fungsi otak manusia itu sangat diperlukan dalam menghadapi hidup. Begitu pula, bagi siswa, pembiasaan penggunaan kedua fungsi otak itu sangat bermanfaat dalam perjalanan dirinya menuju kedewasaan. Dengan begitu, guru/dosen/Trainer dalam mengajar di kelas, metode apapun yang digunakan, sebaiknya berbasis otak kanan dan kiri.
2- Teori otak Triune
(3 in 1)
Otak memegang peranan yang sangat penting dalam struktur
tubuh manusia. Otak adalah organ yang unik dan dahsyat, tempat diaturnya proses
berpikir, berbahasa, kesadaran emosi dan kepribadian. Menurut teori otak Triune
(“Triune” berarti “Three in One”), otak manusia mempunyai tiga bagian yang
terpisah (meskipun saling berhubungan), yaitu: otak reptil, sistem limbik (otak
tengah), dan neokorteks.
Otak Reptil. Ini adalah bagian otak paling sederhana
(dinamakan demikian karena reptil pun memilikinya). Tugas utamanya adalah
mempertahankan diri (meskipun itu bukan satu-satunya bagian otak yang
menjalankan tugas ini). Otak ini menguasai fungsi-fungsi otomatis seperti
degupan jantung dan sistem peredaran darah. Di sinilah pusat perilaku naluriah
dan repetitif yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta dan
ritualistis. Otak reptil diyakini sebagai bagian otak yang terlibat dalam
perjuangan kekuasaan hierarkis. Ia tahu cara menipu jika diperlukan demi
kelangsungan hidupnya. Ini adalah otak hewan.
Sistem Limbik. Ini adalah otak tengah yang memainkan peranan
besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Ini adalah otak sosial dan
emosional. Di otak ini juga terkandung sarana yang penting untuk ingatan jangka
panjang.
Neokorteks. Ini adalah topi otak, penutup yang melilit
berupa zat berwarna kelabu yang merupakan 80-85% dari massa otak. Otak ini
mempunyai banyak fungsi tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir abstrak,
memecahkan masalah, merencanakan ke depan, bergerak dengan baik, dan berkreasi.
Itulah yang membuat kita manusia, unik.
Otak yang saling terkait. Ketiga bagian otak ini saling
terkait dalam satu organisme menyeluruh dan sering saling terlibat dalam suatu
tugas yang kompleks, rumit, dan menentukan. Tak satupun dari ketiga bagian ini
yang bekerja sendiri Sepanjang waktu di dalam otak terjadi pertukaran dan
saling bantu yang berlangsung terus-menerus.
3- Pilihan
modalitas ( Fisual, Audiutorial, dan Kinestetik)
Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar
seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K).
Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas
ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di
antara ketiganya”.
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui
bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam
berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah
kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
4- Teori
Kecerdasan ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas
pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai
berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang
dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat
menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan
spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan
siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan
tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa,
maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran.
Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru
dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung -30 % belajar kooperatif -30%
belajar independent
Jenis-jenis Kecerdasan Dasar:
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya
manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
1-
Kecerdasan bahasa
2-
Kecerdasan matematis logis
3-
Kecerdasan spasial
4-
Kecerdasan kinestetis
jasmani
5-
Kecerdasan musikal
6-
Kecerdasan interpersonal
7-
Kecerdasan
intrapersonal
5- Pendidikan
Holistik (Menyeluruh)
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi
kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual,
tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga
tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat
bangsa. Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hadjar Dewantara, Bapak
Pendidikan Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir
atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas
kekuatan sendiri."
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan
potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan
dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh
kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang
sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan
karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
6-
Belajar Berdasarkan
Pengalaman
Pada umumnya Siklus Belajar Dari Pengalaman ini telah banyak
dipergunakan oleh berbagai kalangan baik di dalam lembaga Pendidikan dan
Latihan di berbagai instansi pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
atau berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam berbagai proyek
7- Simulasi atau
Permainan
Model pembalajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap keadaan sekelilingnya atau proses. Model
pembelajaran ini dirancang untk siswa mengalami bermacam-macam proses dan
kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka serta untuk memperoleh konsep
keterampilan pembuatan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar