Tayangan halaman minggu lalu

Sabtu, 21 Januari 2012

Quantum Learning

asslamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
dari pada bengong aku mau share lagi tentang pembahasan Quantum. ini yg aku bahas Quantum learning yaitu strategi pembelajara untuk peserta didik dan masyarakat.
langsung aja kita mulai 
 
Strategi pembelajaran Quantum Learning:
                Sperti yang kita ketahui akhir-akhir ini bahwa perkembangan teknologi yg begiru pesat, teknilogi yang kemarin kita anggap canggih/ modern, sekarang sudah ketinggalan /sudah mulai basi.
Taknologi baru terutama multimedia yg mempunyai peranan penting terhadap pembelajaran, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan tidak membosankan, dan multi media juga dapat membuat lebih efektif menurut sebagian para pengajar.
                Dan ada beberapa teori pembelajaran yg bisa kita terapkan pada strategi ini, diantaranya adalah:
1-      Teori otak kanan dan otak kiri

Otak kanan berfungsi dalam perkembangan EQ (Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya.

Otak kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.


Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses pemikiran.

Berdasarkan kekuatan fungsi masing-masing, berarti, kedua fungsi otak manusia itu sangat diperlukan dalam menghadapi hidup. Begitu pula, bagi siswa, pembiasaan penggunaan kedua fungsi otak itu sangat bermanfaat dalam perjalanan dirinya menuju kedewasaan. Dengan begitu, guru/dosen/Trainer dalam mengajar di kelas, metode apapun yang digunakan, sebaiknya berbasis otak kanan dan kiri.
2-      Teori otak Triune (3 in 1)

Otak memegang peranan yang sangat penting dalam struktur tubuh manusia. Otak adalah organ yang unik dan dahsyat, tempat diaturnya proses berpikir, berbahasa, kesadaran emosi dan kepribadian. Menurut teori otak Triune (“Triune” berarti “Three in One”), otak manusia mempunyai tiga bagian yang terpisah (meskipun saling berhubungan), yaitu: otak reptil, sistem limbik (otak tengah), dan neokorteks.
Otak Reptil. Ini adalah bagian otak paling sederhana (dinamakan demikian karena reptil pun memilikinya). Tugas utamanya adalah mempertahankan diri (meskipun itu bukan satu-satunya bagian otak yang menjalankan tugas ini). Otak ini menguasai fungsi-fungsi otomatis seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Di sinilah pusat perilaku naluriah dan repetitif yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta dan ritualistis. Otak reptil diyakini sebagai bagian otak yang terlibat dalam perjuangan kekuasaan hierarkis. Ia tahu cara menipu jika diperlukan demi kelangsungan hidupnya. Ini adalah otak hewan.
Sistem Limbik. Ini adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Ini adalah otak sosial dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana yang penting untuk ingatan jangka panjang.
Neokorteks. Ini adalah topi otak, penutup yang melilit berupa zat berwarna kelabu yang merupakan 80-85% dari massa otak. Otak ini mempunyai banyak fungsi tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan ke depan, bergerak dengan baik, dan berkreasi. Itulah yang membuat kita manusia, unik.
Otak yang saling terkait. Ketiga bagian otak ini saling terkait dalam satu organisme menyeluruh dan sering saling terlibat dalam suatu tugas yang kompleks, rumit, dan menentukan. Tak satupun dari ketiga bagian ini yang bekerja sendiri Sepanjang waktu di dalam otak terjadi pertukaran dan saling bantu yang berlangsung terus-menerus.

3-      Pilihan modalitas ( Fisual, Audiutorial, dan Kinestetik)

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

4-      Teori Kecerdasan ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka  langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung -30 % belajar kooperatif -30% belajar independent

Jenis-jenis Kecerdasan Dasar:
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
1-      Kecerdasan bahasa
2-      Kecerdasan matematis logis
3-      Kecerdasan spasial
4-      Kecerdasan kinestetis jasmani
5-      Kecerdasan musikal
6-      Kecerdasan interpersonal
7-      Kecerdasan  intrapersonal

5-      Pendidikan Holistik (Menyeluruh)
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa. Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri."
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
6-      Belajar Berdasarkan Pengalaman
Pada umumnya Siklus Belajar Dari Pengalaman ini telah banyak dipergunakan oleh berbagai kalangan baik di dalam lembaga Pendidikan dan Latihan di berbagai instansi pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam berbagai proyek
7-      Simulasi atau Permainan

Model pembalajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap keadaan sekelilingnya atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untk siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar