Tayangan halaman minggu lalu

Sabtu, 21 Januari 2012

Quantum Learning

asslamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.
dari pada bengong aku mau share lagi tentang pembahasan Quantum. ini yg aku bahas Quantum learning yaitu strategi pembelajara untuk peserta didik dan masyarakat.
langsung aja kita mulai 
 
Strategi pembelajaran Quantum Learning:
                Sperti yang kita ketahui akhir-akhir ini bahwa perkembangan teknologi yg begiru pesat, teknilogi yang kemarin kita anggap canggih/ modern, sekarang sudah ketinggalan /sudah mulai basi.
Taknologi baru terutama multimedia yg mempunyai peranan penting terhadap pembelajaran, sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan tidak membosankan, dan multi media juga dapat membuat lebih efektif menurut sebagian para pengajar.
                Dan ada beberapa teori pembelajaran yg bisa kita terapkan pada strategi ini, diantaranya adalah:
1-      Teori otak kanan dan otak kiri

Otak kanan berfungsi dalam perkembangan EQ (Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya.

Otak kiri berfungsi sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.


Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses pemikiran.

Berdasarkan kekuatan fungsi masing-masing, berarti, kedua fungsi otak manusia itu sangat diperlukan dalam menghadapi hidup. Begitu pula, bagi siswa, pembiasaan penggunaan kedua fungsi otak itu sangat bermanfaat dalam perjalanan dirinya menuju kedewasaan. Dengan begitu, guru/dosen/Trainer dalam mengajar di kelas, metode apapun yang digunakan, sebaiknya berbasis otak kanan dan kiri.
2-      Teori otak Triune (3 in 1)

Otak memegang peranan yang sangat penting dalam struktur tubuh manusia. Otak adalah organ yang unik dan dahsyat, tempat diaturnya proses berpikir, berbahasa, kesadaran emosi dan kepribadian. Menurut teori otak Triune (“Triune” berarti “Three in One”), otak manusia mempunyai tiga bagian yang terpisah (meskipun saling berhubungan), yaitu: otak reptil, sistem limbik (otak tengah), dan neokorteks.
Otak Reptil. Ini adalah bagian otak paling sederhana (dinamakan demikian karena reptil pun memilikinya). Tugas utamanya adalah mempertahankan diri (meskipun itu bukan satu-satunya bagian otak yang menjalankan tugas ini). Otak ini menguasai fungsi-fungsi otomatis seperti degupan jantung dan sistem peredaran darah. Di sinilah pusat perilaku naluriah dan repetitif yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta dan ritualistis. Otak reptil diyakini sebagai bagian otak yang terlibat dalam perjuangan kekuasaan hierarkis. Ia tahu cara menipu jika diperlukan demi kelangsungan hidupnya. Ini adalah otak hewan.
Sistem Limbik. Ini adalah otak tengah yang memainkan peranan besar dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Ini adalah otak sosial dan emosional. Di otak ini juga terkandung sarana yang penting untuk ingatan jangka panjang.
Neokorteks. Ini adalah topi otak, penutup yang melilit berupa zat berwarna kelabu yang merupakan 80-85% dari massa otak. Otak ini mempunyai banyak fungsi tingkat tinggi seperti berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan ke depan, bergerak dengan baik, dan berkreasi. Itulah yang membuat kita manusia, unik.
Otak yang saling terkait. Ketiga bagian otak ini saling terkait dalam satu organisme menyeluruh dan sering saling terlibat dalam suatu tugas yang kompleks, rumit, dan menentukan. Tak satupun dari ketiga bagian ini yang bekerja sendiri Sepanjang waktu di dalam otak terjadi pertukaran dan saling bantu yang berlangsung terus-menerus.

3-      Pilihan modalitas ( Fisual, Audiutorial, dan Kinestetik)

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”.

1. Visual (belajar dengan cara melihat)

Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.

2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)


Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.

4-      Teori Kecerdasan ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
Orang tua murid
Guru
Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka  langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung -30 % belajar kooperatif -30% belajar independent

Jenis-jenis Kecerdasan Dasar:
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu :
1-      Kecerdasan bahasa
2-      Kecerdasan matematis logis
3-      Kecerdasan spasial
4-      Kecerdasan kinestetis jasmani
5-      Kecerdasan musikal
6-      Kecerdasan interpersonal
7-      Kecerdasan  intrapersonal

5-      Pendidikan Holistik (Menyeluruh)
Pendidikan holistik adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan anak didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa. Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri."
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
6-      Belajar Berdasarkan Pengalaman
Pada umumnya Siklus Belajar Dari Pengalaman ini telah banyak dipergunakan oleh berbagai kalangan baik di dalam lembaga Pendidikan dan Latihan di berbagai instansi pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam berbagai proyek
7-      Simulasi atau Permainan

Model pembalajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap keadaan sekelilingnya atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untk siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.

Jumat, 20 Januari 2012

QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING


MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PAI
QUANTUM TEACHING AND LEARNING


Disusun oleh kelompok 5 :
Yogi Saputra                                       (20090720025)
Wildana Husada                                 (20090720027)
Ibnu Syarif Hidayat                            (20090720001)
Hamdan Isnan Nugroho                     (20090720071)
Muhammad Rizal Arif Rahman           (20090720031)
Iqbal Abdul Jabbar                             (20100720076)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (2005: 65-66).
Upaya pembaharuan pendidikan sebagaimana yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, adalah reorientasi pendidikan ke arah pendidikan berbasis kompetensi. Di dalam pembelajaran berbasis kompetensi tersebut tersirat adanya nilai-nilai pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sebagai pribadi yang integral, produktif, kreatif dan memiliki sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Indikator ini akan terwujud apabila diiringi dengan upaya peningkatan mutu dan relevansi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pada berbagai jenjang pendidikan.
Di kalangan umum, terutama siswa sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi, belajar tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan bagi mereka, belajar dipandang sebagai musuh yang patut dijauhi, kini belajar adalah hal yang menyenangkan dan nyaman tanpa perasaan cemas, takut, dan lelah dengan panduan dari pembelajaran learning. Oleh karena itu, penulis memberi judul pada makalah ini “Quantum Teaching dan Quantum Learning”.

B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan itu, makalah ini mencoba memaparkan ihwal pembelajaran quantum secara relatif utuh dan lengkap agar kita dapat mengenalinya lebih baik dan mampu menempatkannya secara proporsional di antara pelbagai falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya yang sekarang juga berkembang dan populer di Indonesia. Secara berturut-turut, tulisan ini memaparkan:
A. Sejarah pembelajaran quantum
B. Arti quantum teaching
C. Perbedaan quantum teaching dan quantum learning
D. Paradigma pembelajaran quantum
E. Prinsip quantum teaching
F. Strategi pembelajaran quantum learning



BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembelajaran Quantum
Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980an.
Dia belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan belajar).
Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Learning.
Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% , meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%. Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:
E = mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)
M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)
Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.

B. Arti Quantum Teaching
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dalam Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Dengan Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat.

C. Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning
Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan.
Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
1)      Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
2)      Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku.
Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar.

D. Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a.       Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b.      Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
c.       Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
d.      Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.

E. Prinsip-prinsip Quantum Teaching, yaitu :
1)      Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
2)      Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3)      Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4)      Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
5)      Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.

F. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
1)      TUMBUHKAN. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
2)      ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
3)      NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.
4)      DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”.
5)      ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
6)      RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan

Prinsip dapat berarti:
1)      aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal
2)      sebuah hukum, aksioma, atau doktrin fundamental. Pembelajaran juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau doktrin fundamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran . Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut.
a.       Prinsip utama pembelajaran berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar maupun pembelajar akan memperoleh pemahaman baru. Di samping berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia pengajar diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar. Inilah dinamika pembelajaran manusia selaku pembelajar.
b.      Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran . Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.
1.      Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2.      Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
3.      Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan Proses pembelajaan paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
4.      Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
5.      Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran.
6.      Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi pembelajaran .
Ada delapan prinsip keunggulan yang juga disebut delapan kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran . Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut :
1.      Terapkanlah Hidup dalam Integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada gilirannya mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain, integritas dapat membuka pintu jalan menuju prestasi puncak.

2.      Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil. Kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus dan diberi hukuman karena kegagalan merupakan tanda bahwa seseorang telah belajar.
3.      Berbicaralah dengan Niat Baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Niat baik berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar pembelajar.
4.      Tegaskanlah Komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka perlu melakukan apa saja untuk menyelesaikan pekerjaan. Di sinilah perlu dikembangkan slogan: Saya harus menyelesaikan pekerjaan yang memang harus saya selesaikan, bukan yang hanya saya senangi.
5.      Jadilah Pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu. Karena itu, pengajar dan pembelajar harus bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas mereka. Mereka hendaklah menjadi manusia yang dapat diandalkan, seseorang yang bertanggung jawab.
6.      Tetaplah Lentur
Dalam pembelajaran, pertahankan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar, lebih-lebih pengajar, harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan. Misalnya, di kelas guru dapat saja mengubah rencana pembelajaran bilamana diperlukan demi keberhasilan siswa-siswanya; jangan mati-matian mempertahankan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
7.      Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. Tetap dalam keseimbangan merupakan proses berjalan yang membutuhkan penyesuaian terus-menerus sehingga diperlukan sikap dan tindakan cermat dari pembelajar dan pengajar.

G. Strategi Pembelajaran quantum Learning
Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar. Sedangkan Strategi pembelajaran yang lain, Seperti:
1.      Teori otak kanan/kiri
2.      Teori otak triune (3 in 1)
3. Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistik (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan symbol
8. Simulasi/permainan




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan sebuah falsafah dan metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di dalam lingkungan bisnis, lingkungan rumah, lingkungan perusahanan, maupun di dalam lingkungan sekolah (pengajaran). Secara konseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).
Meskipun demikian, secara nyata, kebaikan falsafah dan metodologi pembelajaran ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih kemungkinan penerapannya dalam lingkungan Indonesia baik lingkungan rumah, lingkungan perusahaan, lingkungan bisnis maupun lingkungan kelas/sekolah (baca: pengajaran). Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan niscaya pembelajaran dapat dilaksanakan dengan hasil yang optimal. Secara konseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran membawa angin segar bagi dunia pembelajaran di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menyegarkan daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).

B. Saran-saran
Demikian makalah ini penulis sampaikan. Penulis sadar bahwasanya makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis menerima kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
De Porter,Bobbi. 2009. Learning. Bandung:KAIFA LEARNING
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2000. Business: Membiasakan Bisnis secara Etis dan Sehat. Bandung: Penerbit KAIFA.
DePorter, Bobbi and Mike Hernacki, Quantum Learning, New York: Dell Publishing, 2001
DePorter, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Teaching: Mempraktikkan Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit KAIFA.

Kamis, 19 Januari 2012

Menejemen Pendidikan (PENILAIAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA)


A.  PENDAHULUAN

Salah satu satu fungsi menejemen adalah pengarahan. Pengarahan antara lain meliputi bagaimana meningkatkan dan menilai kinerja pegawai (karyawan). Penilaian dapat diartikan secara luas dan secara sempit. Penilaian dalam arti luas untuk mengevaluasi kinerja organisasi ( instansi). Dalam arti sempit adalah untuk menilai kinerja pegawai.
Setelah calon pegawai atau pegawai  di tempatkan dan di beri tugas, setiap akhir tahun dilakukan penilaian terhadap kinerjanya. Penilaian kinerja adalah proses mengukur prestasi  kerja. Penilaian kinerja dapat di sebut juga sebagai performance appraisal, performance evaluation, development review, performance review dan development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

B.  PENGERTIAN PENILAIAN KERJA

Penilaian ialah penetuan derajat kualitas berdasarkan indikator yang di tetapkan terhadap penyelenggara pekerjaan. Kinerja adalah hasil kerja dan kemajuan yang telah di capai seorang dalam bidang tugasnya.
Robbins (2006) mengartikan kinerja adalah produk dari fungsi dari kemampuan dan motivasi jika di formulasikan.
Kinerja = f (kemampuan x motivasi)

Pandangan Robbins tersebut menunjukkan bahwa kinerja di nyatakan sebagai suatu produk , yakni produk kerja dari orang maupun dari lembaga. Sejalan dengan pendapat  Robbins tersebut, Hunsaker (2001) memberika rumus sebagai berikut.

Performance = Ability x motivation
Ability                =  Aptitude x Training x Resources
Motivation    = Desire x commitment

Menurut Prawirosentono,  kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang  dan tanggung jawab masing masing dalam rangka  mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, ti dak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Berpikir tolak dari pendapat pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah produk yang di hasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah di tentukan dengan kriteria tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jasa dan barang.

Ada 5 faktor dalam penilaian kinerja yang populer, yaitu
1.      Kulalitas pekerjaan, meliputi : akurasi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran
2.      Kuantitas pekerjaan, meliputi : volume keluaran dan kontribusi
3.      Supervisi yang di perlukan, meliputi : saran, arahan dan perbaikan
4.      Kehadiran meliputi : regulasi, dapat di percaya, diandalkan dan ketetapan waktu
5.      Konservasi, meliputi : pencegahan pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan peralatan.

C.  TUJUAN PENILAIAN
Tujuan penelitian adalah untuk :
1.      Lebih menjamin objektivitas dalam pembinaan calon pegawai dan pegawai berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja
2.      Memperoleh bahan bahan pertimbangan objektif ( masukan ) dalam pembinaan capeg dan PNS dalam membuat kebijakan seperti promosi, demosi, transfer (mutasi), hukuman, pemecatan, bonus, job design seprti job enlargment, job enrichment, and job rotation.
3.      Memberi masukan untuk mengatasi masalah yg ada, misalnya kurang terampil atau perlu keterampilan baru
4.      Mengukur validitas metode penilaian kinerja yg di gunakan.
5.      Mendiagnosa  masalah masalah
6.      Umpan balik bagi calon pegawai dan pegawai, seerta pipinan
Promosi ialah kenaikan jabatab ke posisi yg lebih tinggi di ikuti tanggung jawab dan gaji yang lebih tinggi pula.
Demosi ialah perpindahan pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dengan tangggung jawab dan gaji yang lebih tinggi
Rotasi adalah perpindahan seorang pegawai secara sistematis dari satu posisi ke posisi yang lain di dalam organisasi . tujuannya untuk mengurangi kejenuhan dan menambah pengalaman baru.

D.      MANFAAT YANG DI HARAPKAN

Manfaat penilaian kerja adalah
1.      Meningkatnya objektivitas penilaian knerja pegawai
2.      Meningkatnya keefektifan penilaian kinerja pegawai
3.      Meningkatnya kinerja pegawai
4.      Mendapatkan bahan bahan pertimbangan yagn objektif dalam pembinaan pegawai tersebut baik berdasarkan sistem karier maupun prestasi

E.       PENILAIAN

Orang yang berwenang melakukan penilaian adalah atasan langsung. Bersumber evaluasi kinerja meliputi atasan langsung , calon pegawai atau pegawai yang bersangkutan, teman sejawat , bawahan, pihak luar, (pelanggan). Tantangan terhadap evaluasi kinerja adalah menimbulkan permusuhan, memakan waktu, tenaga terampil, biaya.
F. PERIODE PENILAIAN
Penilaian kinerja dilaksanakan setiap tahun sekali, yaitu paling lambat setiap akhir bulan Desember tahun bersangkutan.
G. TATA CARA PENILAIAN
Penilaian melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1)   Menetapkan skor penilaian kinerja, yaitu 1 sampai 100;
(2)   Menetapkan kriteria penilaian kinerja, yaitu 1 - 20 = tidak memuaskan, 21 – 40 = kurang memuaskan, 41 – 60 = cukup memuaskan, 61 – 80 = memuaskan, dan 81 – 100 = sangat memuaskan;
(3)   Mengembangkan instrument penilaian kinerja dengan cara menetapkan indikator untuk setiap kompetensi;
(4)   Melaksanakan penilaian;
(5)   Mendokumentasikan hasil penilaian;
(6)   Menyampaikan dan mendiskusikan hasil penilaian kepada pegawai bersangkutan untuk  umpan balik.
H. KOMPONEN YANG DI NILAI
Komponen yang dinilai adalah setiap indikator kompetensi dari setiap dimensi kompetensi yang telah dimiliki pegawai yang bersangkutan.
I.    PROSES PENILAIAN KINERJA
Proses penilaian kinerja dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mereviu standar kinerja, (2) melakukan analisis jabatan, (3) mengembangkan instrument penilaian, (4) memilih penilai, (5) melatih penilai, (6) mengukur kinerja, (7) membandingkan kinerja actual dengan standar, (8) mengkaji hasil penilaian, (9) memberikan hasil penilaian, (10) mengaitkan imbalan dengan kinerja, (11) membuat rencana-rencana pengembangan dengan menyepakati sasaran-sasaran dan standar-standar kinerja masa depan.
J. METODE PENILAIAN KINERJA
1. Penilaian Skala Grafik (Graphic Rating Scale)
Penilaian skala grafik meliputi: (1) penilaian berdasarkan daftar skala yang menggambarkan sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja pegawai pada suatu organisasi; (2) cara penilaian praktis dan dapat menilai banyak aspek; (3) tersedia kolom untuk komentar, saran, dan catatan; (4) dipakai sebagian besar organisasi.
2. Alternatif Perangkingan  (Alternation Ranking)
Alternatif perangkingan meliputi: (1) penilain dengan merangking capeg atau pegawai dari yang paling baik ke yang paling buruk untuk satu atau lebih ciri kinerja/spesifikasi tugas; (2) praktis (disarankan 1 lembar dan untuk kelompok kecil); (3) menghabiskan waktu, jika yang dibandingkan banyak; (4) tidak ada kolom nilai dan detail komentar; (5) cocok untuk melengkapi metode penilaian yang lain; (6) tidak memberikan detail penilaian aspek/ciri tugas tertentu. 
3. Komparasi Pasangan (Paired Comparation)
Komparasi pasangan meliputi: (1) menilai kinerja calon pegawai dengan cara mempetakan perbandingan satu dengan lainnya sehingga dapat diketahui  karyawan yang lebih baik dari pasangannya, (2) satu karyawan diberi pasangan dan dibandingkan dengan yang lainnya, dan (3) pegawai yang paling banyak mendapat tanda + adalah pegawai yang paling baik kinerjanya.
4. Pemaksaan Distribusi Kurva Normal (Forced Distribution)
Pemaksaan distribusi kurva normal meliputi: (1) menilai calon pegawai atau pegawai berdasarkan pola bahwa hasilnya harus berdistribusi normal, (2) dipakai sebagai pendekatan dalam menentukan penggolongan insentif dan bimbingan, dan (3) ditentang Deming karena memaksakan harus ada kelompok staf dengan kinerja di bawah standar kinerja.
5. Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Pencatatan kejadian kritis meliputi: (1) penilaian kinerja dengan selalu mencatat peristiwa kritis yang terjadi dilakukan karyawan baik yang diharapkan maupun yang tidak direncanakan. Selanjutnya mendiskusikannya di suatu periode waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, misalnya setiap 6 bulan; (2) kelemahannya, pengevaluasi arsip sehingga tidak hanya menilai atsa dasar fakta baru yang terjadi saja; (3) sebaiknya dipakai untuk melengkapi metode penilaian lain, misalnya metode komparasi; (4) jika dipakai sendiri, tidak tepat untuk mengkomparasikan dengan staf lainnya sehingga tidak tepat juga untuk penentuan gaji.
6. Formulir Narative (Narative Form)
Formulir naratif meliputi : (1) penilain calon pegawai atau pegawai dengan menggunakan formulir naratif yang menckup antara lain kinerja pegawai dibandingkan dengan standar kinerja. Contoh-contoh kinerja kritikal dan rencana peningkatan untuk mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan, dan (2)rangkuman penilaian diakhiri dengan memfokuskan pada pemecahan masalah.
7. Pertautan Standar Tingkah Laku (Behaviorally Anchored Rating Scales = BARS)
Pertautan standar tingkah laku meliputi : (1) penilaian calon pegawai atau pegawai dengan mengkombinasikan kelebihan dari narrative form, critical incidents dan perangkingan dengan mengacu pada contoh tingkah laku spesifik (behavior) yang baik maupun yang jelek, dan (2) metode ini lebih lengkap dan lebih baik dari yang sebelumnya, hanya lebih lama /sulit dibuat.
Tahap membuat BARS: (1) kembangkan insiden kritikal efektif dan non efektif dari suatu kinerja, (2) rumuskan ranah kinerjanya, misalnya pengetahuan atau sikap, (3) mintakan pertimbangan pada kelompok lain tentang ranah kinerja di atas, (4) buat skala insidennya, biasanya dipilih 7 atau 9 skala, (5) susun final instrument untuk masing-masing ranah kinerja di atas.
8. Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objective)
Penilaian dengan mengacu pada sasaran-sasaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodic: (1) tentukan sasaran organisasi. Sasaran harus specific, Measurable, Realistic, and Time-bounding sasaran organisasi; (3) tentukan kontribusi calon pegawai atau pegawai selaras dengan sasaran departemen; (4) tentukan secara rinci sasaran individual karyawan jangka pendek; (5) ukur dan reviu kinerja calon pegawai atau pegawai dengan sasaran yang ditentukan; (6) beri umpan balik setiap periode pengukuran.
            Tiga hal yang harus dihindari adalah: (1) Hindari sasaran kinerja yang tidak jelas atau tidak dapat diukur. Artinya, ada indikator kinerja dalam bentuk kuantitatif; (2) penilaian MBO memerlukan waktu yang banyak seperti menentukan sasaran, mengukur sasaran, dan member umpan balik; dan (3) menentukan sasaran individu yang mendukung sasaran organisasi sering menimbulkan perselisihan.
9. Evaluasi 360 Derajat
Dengan metode ini diperoleh umpan balik ganda yang tidak hanya dari atasan langsung tetapi juga dari rekan sejawat dan pelanggan. Sumber data dari: (1) survey kepuasaan dari pelanggan eksternal, dan (3) evaluasi diri sendiri.
K. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE PENILAIAN KINERJA
Kelebihan dan kelemahan metode evaluasi kinerja ditunjukkan oleh table di bawah ini.
Tabel 12.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Penilaian Kinerja
Metode
Kelebihan
Kelemahan
Grafic
Rating Scale
1. Praktis
2. Menggunakan skala kuantitatif
    Untuk setiap evaluasi.
1. Standar tidak jelas.
2. Hallo error, central tendency, dan leniency dapat terjadi.
Alternation
Ranking
1. Praktis tetapi masih praktis
Graphic rating scale.
2.Terhindar dari sentral tendensi.
Dapat diprotes yang dinilai jika faktanya baik semua.
Forced
distribution
Menghasilkan kelompok sangat baik, sedang dan kurang baik.
Hasil evaluasi tergantung kecermatan menentukan titik batas antara kelompok
Critical
incidents
1. Menegaskan yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi.
2. Mendorong evaluator menilai bawahan terus-menerus.
Sulit merangking kinerja antar yang dinilai.
Narrative
Memungkinkan informasi yang lengkap.
1. Sulit merangking kinerja antar yang dinilai.
2. Bila tidak direncanakan sering tidak terarah
BARS
Adanya pertautan behavior memungkinkan evaluasi lebih teliti.
1. Sulit membuatnya.
2. Perlu keahlian khusus.
3. Lebih teliti.
4.Standar kinerja jelas.
5.Umpan balik kepada yang    dinilai lebih focus.
6.Ranah evaluasi lengkap dan   independen terhadap ranah lainnya.
7. Lebih valid dan reliable.
MBO
Terarah pada sasaran.
Menghabiskan banyak waktu.
Behavior
1.Efektif kaitannya dengan sasaran organisasi.
2. Memberi bimbingan dengan masukan spesifik.
3. Validitas tinggi karena digali dari analisis tugas.
4.Reliabilitas tinggi jika evaluatornya terlatih

Hasil
1. Objektif.
2. Indikator kinerja kualitatif.
3. Diterima semua pihak.
4. Terkait sasaran kinerja.
1. Contaminated dan Defficient
Penilaian difokuskan hanya pada kinerja yang dirumuskan saja.
TQM
 Orientasi kooperatif.
Kombinasi atribut dan hasil.
1. Sulit.
2. Sulit menentukan pelatihan.
L.  TUJUH KARAKTERISTIK TIM BERKINERJA TINGGI
Blanchart (2010) menyatakan bahwa ada tujuh karakteristik (sifat) yang dimiliki oleh tim yang berkinerja tinggi yang di singkat dengan PERFORM:
1.      P = Purpose and Values (tujuan dan nilai-nilai)
Tim yang berkerja tinggi mamiliki tujuan yang jelas sehingga semua anggota tim dapat menyamakan persepsi, gerak, dan langkah untuk mencapai tujuan tersebut

2.      E = Empowerment (pemberdayaan)
Pemberdayaan merupakan sifat yang dimiliki oleh tim yang berkerja tinggi, pemberdayaan berarti menggunakan semua potensi yang dimiliki setiap anggota tim secara sinergis, berkerja  secara sinergis berarti erkerja secara bersama-sama dalam satu tim hasilnya lebih besar di bandingkan bekerja sendiri- sendiri.

3.      R = Relationshisp Communication (hubungan dan komunikasi)
Tim yang berkerja tinggi  sangat menaruh perhatian pada komunikasi yang terbuka, tanpa rasa takut mengungkapkan perasaan, pikiran, opini, sikap, dan perbuatan- perbuatanya dan mengungkapkan kelebihan dan kekuranganya tanpa mengurangi rasa hormat sesama tim, karena berkat adanya hubungan yang baik dan komunikasi yang efektif.

4.      F = Flexibility (Keluwesan)
Dalam tim yang berkinerja tinggi , setiap sanggota saling bebas berkreasi dan berinovasi. Agar anggota tim bebas berkreasi dan berinovasi. Pemimpin harus bersikap luwes.

5.      O = Optimal productivity (Produktivitas Optimal)
Dalam tim yang berkinerja tinggi, setiap anggota tim berusaha mencapai hasil kerja yang optimal. Anggota terkait dengan hasil kerja optimal berdasarkan standar mutu yang harus di capai. Anggota tim juga berusaha mencapai hasil yang sesusai batas waktu yang di tetapkan

6.      R = Recognition and Appreciation (Pengakuan dan Apresiasi)
Tim yang berkinerja tinggi mengakui dan memberikan apresiasi pengalaman-pengalaman anggotanya dalam meningkatkan produktifitas kerja. Karean pengakuan dan apresiasi dapat meningkatkan motivasi kerja.

7.      M = Moral
Keenam karakteristik di atas menghsilkan moral. Moral dalam posisi PERFORM adalah yang tertinggi, denga moral kerja yang tinggi, anggota tim memiliki etos kerja yang tinggi pula.

I.       KEPUASAN KERJA
HERBERT(1981) menyatakan ,job satisfaction is a personal reaction, an emosional state(kepuasan kerja adalah suatu reaksi personal dan bersifat emosional).oleh karena itu ,kepuasan kerja setiap orang tidaklah sama atau bersifat relative . puas bagi seseorang belum tentu puas bagi orang lainnya. Sementara itu , David dan newstrom(2000) Menyatakan ,job satisfaction is the favourableness or unfavourableness with which their work.
Satisfaction is dynamic (kepuasan kerja adalah sesuatu kesenangan atau ketidaksenangan terhadap pekerjaan yang dipilihnya dan kepuasan itu bersifat dinamis atau berubah-ubah).maksudnya adalah pekerjaan yang dipilih itu ada yang memberi kesenangan dan ada pula yang tidak menyenangkan.
Luthan(1991)menyatakan bahwa kepuasan kerja tergantung pada persepsi seseorang dalam melakukan tugasnya ditempat kerja. Oleh sebab itu ,kepuasan kerja bersifat subjektif tergantung dari orang yang marasakannya .
Gibson,et al. (1998)menyatakan “job satisfaction is rerefers to the positive or negative aspect of an indifidual’s attitude toward his job or some feature of the job”maksudnya pernyataan Gibson et al. adalah kepuasan kerja seseorang tergantung pada sikap individu terhadap pekerjaannya .jika individu bersikap positif terhadap pekerjaannya ,maka ia akan mendapatkan kepuasan kerja
Robins(2006)menjelaskan masing masing factor diatas sebagai berikut:
1.pekerjaan yang secara mental menantang 
Orang lebih menyukai pekerjaan yang memberikan peluang kepada mereka untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan keberagaman tugas,kebiasaan,dan umpan balik tentang bagaimana kinerja mereka.
2.imbalan yang setimpal
Karyawan menginginkan system pembayaran dan kebijakan promosi yang mereka anggap adil ,tidak bermakna ganda ,dan sesuai dengan harapan mereka.
3.kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli dengan lingkungan kerja mereka untuk kenyamanan pribadi sekaligus untuk menfasilitasi kinerja yang baik.
4.mitra kerja yang mendukung
            Orang lebih sering mengundurkan diri dari satu pekerjaan lebih dari sekadar masalah uang atau pencapaian yang nyata.
Robins(2006)mengingatkan terhadap dampak dari kepuasan maupun ketidakpuasan dari pekerja suatu organisasi atau lembaga terhadap kinerja pekerjaannya .(1)produktifitas pekerja tinggi,(2)kemangkiran pekerjaannya tidak ada ,(3)pekerjaannya tetap setia setia tinggal di organisasi atau lembaganya,dan(4) pelanggan menjadi puas dan meningkat jumlahnya .begitu sebaliknya , ketidak puasan pekerjaannya berdampak langsung terhadap kinerjanya ,dampaknya meliputi (1)produktifitas pekerjaan menjadi rendah ,(2)pekerjaannya banyak yang mangkir.
(weiss,et al,1986)namun dalam penelitian ini,indicator kepuasan kerja dibatasi pada gaji,tunjangan pensiun ,jabatan ,pekerjaan menantang,rumah dinas,kendaraan dinas,pelayanan kesehatan,jaminan pendidikan ,hiburan prestasi,penghargaan,pekerjaan itu sendiri,rekan kerja ,pimpinan dan keamanan

By: kelompok 9:
- Isnanto Widi Putranto http://www.facebook.com/profile.php?id=100003052068611
- Iqbal Abdul Jabbar http://www.facebook.com/iqbalajhe
- Fauzi Rohman http://www.facebook.com/fauzi.rochman
- Asa'd El-irfani